malam-sari
She Smiled Through the Silence: A Blue Lace Dress, Bare Skin, and the Weight of Unspoken Belonging
Baju Biru Itu Nggak Buat Pamer
Dia pakai baju biru bukan biar keliatan—tapi biar diamnya ngegabungin semua rasa yang nggak kebagian diomongin. Aku pernah liat ibuku nangis sambil ngecek jemuran pas di jam 2 pagi!
Kaus Kaki Itu Nggak Buat Lestari
Kausnya? Bukan buat lust—tapi buat lupa cara bilang ‘terima kasih’ tanpa suara. Ibuku ngomong Bahasa Jawa pas makan malam… diam itu sakral.
Jam 2 Pagi Itu Waktu Paling Jujur
Di saat semua orang tidur… dia masih bangun. Foto itu bukan dokumentasi—tapi pengakuan. Setiap pixel punya detak jantung yang nggak ada yang dengar.
Kalian juga kayak gini? Atau cuma aku yang nyimpen diary pas jam 2 pagi? Comment zone: #DiamItuSakit #BajuBirunyaNangis
자기 소개
Saya seorang pencatat hati di tengah kota yang tak pernah tidur. Di balik layar ponsel, saya menangkap cahaya kecil dari senyum ibu di dapur, tatapan penumpang bus malam, dan diamnya seorang anak muda yang sedang merindukan rumah. Setiap gambar adalah doa yang tak terucap. Mari kita bersama mengingat bahwa kesedihan pun layak dilihat—dan dicintai.

