Di balkon sendiri ini, aku bukan sedang ngecek Instagram… tapi sedang mendengar detak jantung kota yang tak terucap. Lalu laundryku dilipat di bawah pohon jati—tapi tetap saja aku tersenyum diam-diam karena ingat ibu yang bilang: \“Jangan buru-buru cinta, nak!\” Kalo kamu merasa kesepian? Itu bukan masalah—itu ritual malam di Balcony.

Pernahkah kamu berdiri di balkonmu sambil minum kopi dan dengar heningnya langit? Komentar dong—aku juga lagi menunggu jawaban dari angin.

Purpur itu Bukan Sekadar Warna

Di rumahku di Jakarta, warna ungu itu dulu cuma buat kue lebaran. Tapi lihat Xinyan—dia pakai ungu kayak sedang nyatakan ‘aku ada di sini’.

Diam Itu Senjata Rahasia

Bukan lagi soal ‘dilihat’, tapi soal ‘melihat diri sendiri’. Kaya aku waktu masih ngeluh karena nggak bisa tidur jam 2 pagi—terus tiba-tiba sadar: eh, aku lagi jadi bagian dari foto ini.

Jangan Ngebet Mau Viral!

Yang penting bukan like atau share. Yang penting: aku merasa nyata. Bahkan kalau kamu cuma pakai baju tidur dan duduk di depan jendela… itu sudah jadi seni.

Kalau kamu juga pernah ngerasa seperti itu—kamu nggak sendirian. Comment di bawah: “Aku juga purpur hari ini!” 🫶

Baju biru ini bukan fashion show — ini adalah pelarian malam dari cermin yang bisik. Saat saya lihat diri sendiri di depan kaca retak jam 2 pagi, napas saya lebih berat daripada tugas esok. Saya tidak butuh jadi sempurna… saya hanya butuh bernapas tanpa izin. Kaca itu tahu semua rahasia saya — bahkan yang belum sempat saya ucapkan. Anda juga pernah merasa seperti baju ini? Komentar di bawah — atau kirim pesan pribadi… Saya juga nggak mau izin untuk ada.